Tuesday, February 06, 2007

"Ultras" Perusak Sepakbola Italia

Masyarakat sepakbola Italia diwajibkan melepaskan diri dari kekuasaan "Ultras" -- kelompok suporter garis keras -- yang sering menghadirkan keributan di dalam maupun luar stadion. Hal itu dikatakan oleh presiden Catania, Antonio Pulvirenti, sehubungan dengan kerusuhan suporter yang menewaskan seorang polisi hari Jumat lalu (2/2).
Akibat kerusahan pasca pertandingan derby Sicilia antara Catania dengan Palermo itu, otoritas sepakbola dan pemerintah Italia menghentikan seluruh kegiatan sepakbola di negeri itu.

Menurut Pulvirenti, klubnya sudah kalah perang melawan kelompok mafia perusuh. Kematian polisi bernama Filippo Raciti usai dilempari bom molotov oleh fans Catania menggambarkan cara mafia bekerja.

"Kebanyakan fans yang datang untuk menonton sepakbola adalah orang-orang terhormat. Namun minoritas dari mereka justru hadir untuk melakukan tindakan kriminal dan menghajar orang-orang yang berniat menghalangi," kata Pulvirenti.

"Mereka hidup seperti kaum barbar dan sudah tiga tahun ini kami selalu disandera oleh mereka. Bagi kami, ini adalah perang yang terjadi setiap hari dan kami hanya bisa melakukan yang kami mampu," imbuhnya sambil mengeluhkan hukuman bagi Catania yang sangat memberatkan.

Di Italia, kelompok suporter Ultras memiliki suara yang hebat, dibandingkan di belahan Eropa lainnya. Mereka sering melakukan intimidasi agar mendapatkan tiket gratis, biaya perjalanan tandang dan kebebasan untuk berbuat semaunya di dalam stadion.

Yang lebih sering lagi, kelompok ini gemar menyerang pusat latihan tim apabila tim bermain jelek. Dan ini bisa berlangsung terus menerus terhadap skuad di dalam dan luar lapangan.

Salah satu contoh nyata yang menggambarkan betapa Ultras memiliki kuasa besar adalah di bulan Maret 2004 saat derby Roma antara AS Roma dengan Lazio sempat dtunda. Penundaan berdasarkan laporan oknum Ultras tentang adanya suporter Roma yang tewas tertabrak mobil polisi.

Tiga anggota Ultras bahkan sempat mendatangi kapten Roma, Francesco Totti, agar menghentikan pertandingan. Jika tidak, seluruh pemain Roma akan dibunuh, seperti yang ditakan Totti melalui mikrofon.

Berita kematian fans itu ternyata palsu dan ditengarai ada pemerasan yang dilakukan Ultras terhadap Roma meski klub itu membantahnya. Hal ini membuktikan betapa besarnya kuasa Ultras terhadap klub-klub.

Pemerintah Italia dijadwalkan menjalani pertemuan hari Senin waktu setempat untuk menemukan solusi kekacauan sepakbola dan hooliganisme ini.

0 comments:

  © Blogger template 'Isfahan' by Ourblogtemplates.com 2008

Back to TOP