Calderon Ingin Contek Laporta
Terus dihantam masalah membuat Presiden Ramon Calderon mencari segala akal untuk mengangkat prestasi Real Madrid. Bahkan, kalau perlu, dia menyontek strategi yang diterapkan Presiden Juan Laporta di Barcelona.
Seperti dilansir Sport, hal itulah yang hendak dilakukan Calderon untuk mendongkel El Merengues keluar dari krisis berkepanjangan. Siapa pun tahu, baik Barcelona dengan semangat Katalunya, dan Madrid selalu berperang di lapangan hijau maupun di aspek kehidupan lainnya.
Namun, kali ini tidak berlaku. ”Singkirkan dulu gengsi. Yang penting Madrid juara”, seperti itulah yang tertanam di benak Calderon. Sejak kedatangan Laporta ke Camp Nou, Barcelona menjelma menjadi tim yang disegani bukan hanya di ranah Spanyol, tapi juga di kancah Eropa. Selain merengkuh berbagai gelar bergengsi,permainan El Azulgrana –julukan Barcelona– mengusung permainan atraktif dan menghibur.
Padahal, setiap bursa transfer dibuka, Laporta tidak pernah memboyong pemain dengan biaya jorjoran. Sangat kontras dibandingkan Madrid. Toh, hasilnya malah Barca berjaya, sementara Madrid malah ompong gelar selama tiga musim terakhir. Jadi, tak salah kalau Calderon menyontek keberhasilan musuh bebuyutannya itu. Yang jelas, Madrid harus siap ikat pinggang kalau Calderon benar-benar menerapkan apa yang dilakukan Barcelona.
Membeli segudang pemain bintang ternyata bukan solusi jitu. Sebaliknya, kebintangan mereka justru terkadang menimbulkan ego merasa lebih hebat dibandingkan pemain lainnya. Persis seperti ”rekaman gelap” pidato Calderon di sebuah universitas, yang diperdengarkan di sebuah radio Spanyol, beberapa waktu lalu.
”Sikap mereka di ruang ganti membuat saya muak,” ucap Calderon, sekali waktu, meski pria berprofesi pengacara itu akhirnya meralat ucapannya itu sebagai sebuah kesalahpahaman. ”Para pemain harus membayar kontrak mahal yang dibayar klub dengan penampilan di lapangan,” tandas Lorenzo Sanz, Presiden Madrid periode 1995–2000.
Seperti dilansir Sport, hal itulah yang hendak dilakukan Calderon untuk mendongkel El Merengues keluar dari krisis berkepanjangan. Siapa pun tahu, baik Barcelona dengan semangat Katalunya, dan Madrid selalu berperang di lapangan hijau maupun di aspek kehidupan lainnya.
Namun, kali ini tidak berlaku. ”Singkirkan dulu gengsi. Yang penting Madrid juara”, seperti itulah yang tertanam di benak Calderon. Sejak kedatangan Laporta ke Camp Nou, Barcelona menjelma menjadi tim yang disegani bukan hanya di ranah Spanyol, tapi juga di kancah Eropa. Selain merengkuh berbagai gelar bergengsi,permainan El Azulgrana –julukan Barcelona– mengusung permainan atraktif dan menghibur.
Padahal, setiap bursa transfer dibuka, Laporta tidak pernah memboyong pemain dengan biaya jorjoran. Sangat kontras dibandingkan Madrid. Toh, hasilnya malah Barca berjaya, sementara Madrid malah ompong gelar selama tiga musim terakhir. Jadi, tak salah kalau Calderon menyontek keberhasilan musuh bebuyutannya itu. Yang jelas, Madrid harus siap ikat pinggang kalau Calderon benar-benar menerapkan apa yang dilakukan Barcelona.
Membeli segudang pemain bintang ternyata bukan solusi jitu. Sebaliknya, kebintangan mereka justru terkadang menimbulkan ego merasa lebih hebat dibandingkan pemain lainnya. Persis seperti ”rekaman gelap” pidato Calderon di sebuah universitas, yang diperdengarkan di sebuah radio Spanyol, beberapa waktu lalu.
”Sikap mereka di ruang ganti membuat saya muak,” ucap Calderon, sekali waktu, meski pria berprofesi pengacara itu akhirnya meralat ucapannya itu sebagai sebuah kesalahpahaman. ”Para pemain harus membayar kontrak mahal yang dibayar klub dengan penampilan di lapangan,” tandas Lorenzo Sanz, Presiden Madrid periode 1995–2000.
0 comments:
Post a Comment