Sunday, February 18, 2007

Upaya Menekan Kerusuhan di Italia Diragukan

Federasi Sepak Bola Italia (FIGC), Lega Calcio, serta Pemerintah Italia boleh sibuk mencari jalan untuk memupus kerusuhan sepak bola di negara tersebut. Tapi, banyak yang menyangsikan keputusan mereka akan membawa perubahan.

Sepak bola seakan mati di Italia setelah kompetisi dihentikan oleh ketiga institusi tersebut. Tindakan itu ditempuh seusai kerusuhan berdarah di Sisilia saat Catania menjamu Palermo, Jumat (2/2).Seorang inspektur polisi,Filippo Raciti,38, tewas dalam insiden tersebut. Pekan lalu,Kompetisi Seri A dan Seri B kembali bergulir.Dengan embel-embel baru, tentu saja.Hanya enam stadion (Giuseppe Meazza/San Siro, Artemio Franchi Siena, Olimpico Roma, Olimpico Grande Turin, Luigi Ferraris, dan Renzo Barbera) yang boleh menyelenggarakan pertandingan dengan disaksikan pendukungnya.

Keenam stadion tersebut diberi izin karena mempunyai fasilitas keamanan yang lengkap sehingga di stadion-stadion tersebut risiko terjadinya kerusuhan sangat kecil. Sedangkan stadion lain harus puas berlaga tanpa teriakan dukungan tifosi-nya. Keputusan ini sama saja melempar klub ke jurang kebangkrutan. Seperti dilansir Sportitalia, kebanyakan klub medioker Seri A menjatahkan penjualan tiket pertandingan untuk membayar sewa stadion ke dewan kota. Seperti diketahui, berbeda dengan di Liga Primer yang setiap klub memiliki stadion sendiri, tim Italia menyewa stadion yang ada di kota mereka. Selain klub, pemegang tiket terusan juga sangat dirugikan. Sementara itu, Angelo Massimino, kandang Catania yang menjadi tempat kerusuhan itu, akan ditutup hingga 30 Juni. Keputusan itu tentu saja tidak diterima Dewan Kota Catania.

Rencananya, mereka akan menyeret FIGC ke meja hijau dengan tuduhan diskriminasi. Meski berbagai tindakan untuk menekan kerusuhan dilakukan, beberapa pihak meragukan upaya FIGC ataupun Lega Calcio.Andrea mengungkapkan, pemegang tiket terusan AS Roma, saat I Giallorossi menjamu Parma, Minggu (11/2), sistem keamanan di Olimpico tetap sama. ”Apa yang terjadi pada zero tolerance? Pada Minggu tidak ada perubahan. Saya datang pukul 14.00 (kick-off pertandingan pada waktu yang sama),menunjukkan tiket, dan masuk stadion. Sama seperti biasa.Tidak ada pemeriksaan berbeda,”paparnya kepada Gazzetta dello Sport. Seperti dilansir Football Italia, hal serupa terjadi di Renzo Barbera saat Palermo menjamu Empoli.

Atau, ketika Sampdoria bertemu Ascoli. Bahkan di Ferraris,pendukung Sampdoria tidak perlu mengantre masuk stadion melalui pagar putar. Padahal, pagar putar merupakan salah satu syarat diizinkannya stadion menggelar pertandingan dengan disaksikan suporternya sehingga muncul perdebatan baru.Apakah cara pelarangan tifosi memasuki stadion terbilang efektif untuk menekan kerusuhan?

0 comments:

  © Blogger template 'Isfahan' by Ourblogtemplates.com 2008

Back to TOP