Saturday, March 03, 2007

"Derby" Inggris, Gengsi atau Gelar

Enam gol dalam dua pertandingan terakhir adalah fakta tidak terbantahkan Liverpool kini dalam kondisi prima. Dua dari enam gol itu bahkan bersarang di gawang Barcelona dalam ajang bergengsi Liga Champions. Semua itu adalah bukti pula bahwa Pelatih Rafael Benitez memang seorang ahli strategi. Pelatih asal Spanyol itu tahu betul kapan membangkitkan adrenalin seluruh pemainnya untuk meraih hasil optimal.

Dirk Kuyt dan Craig Bellamy, dua penyerang andalan Liverpool, yang tadinya hanya berada di level menengah, mendadak begitu menakutkan bagi pertahanan Barcelona yang digalang pemain dengan segudang pengalaman, Carles Puyol.

Sukses mempermalukan Barcelona 2-1 di Nou Camp, disusul dengan kemenangan besar 4-0 atas Sheffield United di Liga Primer pekan lalu, Liverpool siap menjamu Manchester United di Anfield hari Sabtu esok dengan optimisme lebih mengental.

Akan tetapi, bisakah Steven Gerrard dan kawan-kawan kembali meraih kemenangan yang ketiga secara beruntun dalam partai yang dijuluki "Derby" Inggris itu? Kalau memang ya. Kemenangan itu pantas diraih dengan sebuah perjuangan habis-habisan, atau...?

Pertanyaan inilah yang menjadi kunci dari hasil pertandingan nanti. Benitez kini dipaksa memilih antara membawa timnya menjaga gengsi persaingan lokal atau mengejar target lebih besar, gelar Liga Champions yang tinggal tiga langkah lagi.

Kalau saja Benitez lebih melihat pada kenyataan di depan, maka pilihan lebih tepat baginya adalah mengejar Liga Champions. Setelah Piala Liga dan Piala FA lepas dari tangan, Liverpool juga sudah sangat sulit mengejar MU dan Chelsea dalam perburuan gelar Liga Primer. Satu-satunya yang masih menjanjikan tentu saja Liga Champions.

Perbedaan 16 poin dari MU dan tujuh poin dari Chelsea, Liverpool jangan pernah berharap banyak untuk menambah koleksi gelar juara Liga Primer menjadi 19 kali musim ini—setelah terakhir kali juara tahun 1990.

Benitez sebaiknya membawa Liverpool dalam duel abadi dengan MU dalam bentuk mencari formasi dan solusi terbaik untuk menggagalkan Barcelona dalam pertemuan kedua Liga Champions di Anfield, pekan depan. Itu akan lebih menguntungkan secara strategi daripada harus mengejar tiga poin dari MU, tetapi tidak memengaruhi posisi di klasemen lokal.

MU lebih baik

Posisi MU jelas lebih baik dibandingkan dengan Liverpool. Jika kalah, mereka masih tetap unggul enam poin atas Chelsea, itu kalau Chelsea mengatasi Portsmouth. Sebaliknya, kalau menang, MU akan meninggalkan jauh Chelsea dengan selisih 12 poin jika Chelsea kalah dari Portsmouth.

Di depan, MU hanya menjamu Lille yang mereka pukul 1-0 di pertemuan pertama Liga Champions. Tidak sulitlah bagi Gary Neville dan kawan-kawan mengatasi Lille. Bahkan, hasil imbang saja sudah cukup bagi MU untuk ke delapan besar.

Imbas dari tiadanya rintangan yang berat, MU akan menghadapi Liverpool dengan beban lebih ringan. Kalaupun imbang, sudah bagus bagi Liverpool.

Namun, jika sampai kalah, pemain Liverpool tidak perlu meninggalkan lapangan dengan kepala tertunduk meski kekalahan itu yang pertama di kandang pada musim ini.

Kalah dari MU, Liverpool tidak perlu bersedih hati. Kalau mau jujur, MU saat ini merupakan tim paling solid di Eropa.

Lawan akan sulit mencari titik kelemahan terkecil sekalipun di MU, ketika semua pemain intinya ambil bagian. Pemain lapisan keduanya pun memiliki kualitas yang begitu tipis dengan yang inti. Jika ada penggantian, tidak terlihat adanya perubahan pola permainan yang drastis.

Sama seperti Benitez, Sir Alex Ferguson kemungkinan pula tidak akan memaksakan kemenangan dengan memainkan seluruh pemain intinya. Akan tetapi, karena kualitas pemain penyanggah MU sangat merata, maka peluang untuk meraih kemenangan tetap punya MU.

Sepintas, permainan MU nyaris sama dengan Arsenal. Kebetulan pula kedua tim sangat mengandalkan dan memercayai pemain-pemain usia muda sebagai tulang punggung kekuatan tim.

Hanya saja, yang membedakan mereka secara kualitas adalah pemain-pemain MU lebih matang dan akurat dalam penyelesaian akhir. Kecepatan mengalirkan bola antarlini MU dan Arsenal sangat baik.

Liverpool? Mereka lebih menggantungkan permainan pada dua dirigen lapangan tengah, Steven Gerrard dan Xabi Alonso. Tanpa satu atau kedua pemain ini, Liverpool akan kehilangan tajinya.

Terlepas dari kelebihan dan kekurangan keduanya, duel dua tim berjuluk "merah" ini tetap tidak akan meninggalkan aroma merah yang bakal menghangatkan Stadion Anfield yang berkapasitas sekitar 45.000 penonton.

0 comments:

  © Blogger template 'Isfahan' by Ourblogtemplates.com 2008

Back to TOP